B. Indonesia

Pertanyaan

tuliskan contoh teks narasi 3 paragraf mulai dari oriontasi sampai penyelesaian

1 Jawaban

  • . Bapak Pendidikan NasionalDunia pendidikan akan selalu berterimakasih terhadap jasa tokoh pelopor pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara. Perjuangan beliau saat zaman penjajahan Belanda adalah agar rakyat pribumi dapat memperoleh hak pendidikan seperti hak para priyayi maupun orang-orang Belanda. Perjuangannya inilah yang membuat beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Nama kecil beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Di masa mudanya, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial politik. Beliau selalu memberikan sosialisasi dengan tujuan menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa bernegara.Ki Hajar Dewantara mulai aktif dalam pendidikan ketika beliau diasingkan di Belanda. Dalam masa pengasingan, beliau belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh gelas Europeesche Akte. Gelar ini menjadi berguna ketika tahun 1919 beliau kembali ke Indonesia dan berlatih menjadi guru. Langkah besar beliau adalah ketika mendirikan sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1992. Banyak halangan dan rintangan yang diluncurkan oleh pemerintah Belanda terhadap beliau. Akan tetapi beliau tetap memperjuangkan pendidikan. Hingga beliau menciptakan semboyan yang terkenal sampai sekarang.Sponsors Link
    Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa). Ing Ngarsa Sungtulada (di depan memberi teladan). Semboyan ini kemudian digunakan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasional.2. Hikmah Disiplin dalam BelajarRani merupakan anak ketiga dari lima besaudara. Ayah Rani adalah seorang tentara angkatan darat. Mereka sekeluarga tinggal di rumah dinas khusus TNI. Ayah Rani selalu mengajarkan kedisiplinan dalam segala hal. Mulai dari disiplin dalam beribadah, displin dalam beraktivitas, disiplin dalam berolahraga, dan disiplin dalam belajar. Ketegasan ayah Rani dalam menerapkan kedisiplinan bukan berarti membuat anak-anaknya merasa takut. Hubungan antara ayah dan anak di antara mereka terjalin sangat harmonis.Rani dan semua saudaranya diajarkan untuk selalu belajar di siang hari. Setelah pulang sekolah, ayah Rani mengajarkan untuk selalu mengerjakan semua tugas rumah yang diberikan pada hari itu. Akan tetapi aktivitas itu harus dilakukan setelah mereka menyantap makan siang. Ketika pekerjaan sekolah sudah selesai maka ayah membebaskan Rani dan saudara-saudaranya untuk bermain. Dan malam harinya, ayah mewajibkan untuk belajar dari ba’da isya sampai pukul 09.00 WIB.Semua kedisiplinan ini tidaklah memberatkan bagi Rani. Bahkan kebiasaan ini justru membawa hikmah yang luar biasa. Daerah tempat tinggal Rani merupakan daerah yang masih sulit listrik. Listrik di daerah itu dapat saja mati selama seharian penuh atau bahkan sampai tiga hari. Pernah suatu ketika listrik padam di malam hari sampai menjelang subuh. Pada hari itu ada tugas sekolah yang sangat banyak bagi Rani dan teman-temannya. Ketika sesampainya di sekolah hampir semua teman-teman Rani mengeluh tidak bisa mengerjakan tugas karena listrik padam. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Rani. Rani sudah siap dengan semua tugas untuk hari itu. Rani pun bercerita kepada guru dan semua teman-temannya bahwa ia selalu dibiasakan mengerjakan tugas sekolah saat siang hari. Alhasil ketika suatu ketika listrik padam di malam hari Rani tidak kebingungan karena belum mengerjakan tugas sekolah. Inilah hikmah dari kedisiplinan dalam belajar.3. Aku Menyesal Tak BerilmuSekarang usiaku menginjak 33 tahun dan aku hanya sebagai ibu rumah tangga. Tanpa penghasilan kecuali nafkah dari suami. Aku tidak punya penghasilan sendiri. Entah pekerjaan apa yang bisa aku lakukan. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, mengajari anak-anakku mengerjakan PR pun aku tidak bisa. Ketika mereka bertanya tentang materi sekolahnya, aku terdiam seribu bahasa dan pada akhirnya aku menyuruh mereka mengikuti bimbingan belajar. Mungkin bagi sebagian orang bimbingan belajar adalah kegiatan yang baik bagi anak-anak. Tapi bagiku, dengan mereka ada kegiatan tambahan diluar maka makin sedikit waktu kebersamaan kami.Semua ini berawal saat usiaku 11 tahun. Waktu itu aku duduk di kelas 5 SD. Tidak seperti teman-temanku lainnya yang semangat bersekolah, aku merasa sangat bosan di sekolah. Aku sering membolos keluar sekolah. Pergi ke sawah, sungai, atau justru ke pasar. Orang tuaku tidak mengetahui semua itu. Mereka hanya tahu bahwa pagi hari aku berangkat ke sekolah dan siang harinya pulang. Adegan membolos ini aku lakukan dalam jangka waktu yang lama. Sekitar dua bulan aku lebih sering berada di luar sekolah.

Pertanyaan Lainnya