apa sejarah yang terkuak melalui masjid agung banten
Sejarah
divakalyaniazzahra
Pertanyaan
apa sejarah yang terkuak melalui masjid agung banten
1 Jawaban
-
1. Jawaban Piyur12
Seorang Sultan bernama Sultan Maulana Hasannudin adalah sultan yang begitu dikenal karena beliaulah yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Banten. Masjid Agung Banten merupakan situs bersejarah peninggalan Kesultanan Banten.
Pada hari-hari tertentu, misalnya Maulid Nabi Muhammad SAW, masjid ini dipenuhi oleh ribuan peziarah dari berbagai daerah, seperti daerah Banten, Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Sukabumi, hingga Bandar Lampung.
Sejarah pendirian Masjid Agung Banten berawal dari instruksi Sultan Gunung Jati kepada anaknya, Hasanuddin. Konon, Sunan Gunung Jati memerintahkan kepada Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih “suci” sebagai tempat pembangunan Kerajaan Banten.
Setelah mendapat perintah ayahnya tersebut, Hasanuddin kemudian shalat dan bermunajat kepada Allah agar diberi petunjuk tentang tanah untuk mendirikan kerajaan. Konon, setelah berdoa, secara spontan air laut yang berada di sekitarnya tersibak dan menjadi daratan.
Di lokasi itulah kemudian Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta sarana pendukung lainnya, seperti masjid, alun-alun, dan pasar. Perpaduan empat hal: istana, masjid, alun-alun, dan pasar merupakan ciri tradisi kerajaan Islam di masa lalu.
Masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Agung Banten Lama yang sampai hari ini masih terjaga dengan baik. Masjid agung ini merupakan simbol kejayaan Islam saat itu.
Di masjid tersebut banyak aktivitas yang bisa kita lakukan, seperti berziarah, mendapati bukti-bukti sejarah, menikmati arsitektur masjid yang cukup tersohor. Keunikan arsitektur Masjid Agung Banten terlihat pada rancangan atap masjid yang beratap susun lima, yang mirip dengan pagoda Cina.
Konon, masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Pulau Jawa ini desainnya dirancang dan dikerjakan oleh Raden Sepat. Ia adalah seorang ahli perancang bangunan dari Majapahit yang sudah berpengalaman menangani pembangunan masjid, seperti Demak dan Cirebon.
Selain Raden Sepat, arsitek lainnya yang ditengarai turut berperan adalah Tjek Ban Tjut, terutama pada bagian tangga masjid. Karena jasanya itulah Tjek Ban Tjut memperoleh gelar Pangeran Adiguna.
Kemudian pada tahun 1620 M, semasa kekuasaan Sultan Haji, datanglah Hendrik Lucaz Cardeel ke Banten, ia seorang perancang bangunan dari Belanda yang melarikan diri dari Batavia dan berniat masuk Islam.
Kepada sultan ia menyatakan kesiapannya untuk turut serta membangun kelengkapan Masjid Agung Banten, yaitu menara masjid serta bangunan tiyamah yang berfungsi untuk tempat musyawarah dan kajian-kajian keagamaan.
Hal ini dilakukan sebagai wujud keseriusannya untuk masuk Islam. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.
Menara menjadi ciri khas Masjid Agung Banten. Terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian sekitar 24 meter, diameter bawahnya sekitar 10 meter.